Politik identitas adalah fenomena yang semakin sering terjadi dalam konteks kehidupan politik modern. Istilah ini merujuk pada suatu pola perilaku politik yang muncul dari kategori identitas sosial tertentu, seperti ras, etnis, agama, jenis kelamin, orientasi seksual, dan sebagainya. Dalam perspektif sosi ologi modern, politik identitas dapat diartikan sebagai suatu bentuk respon individu atau kelompok terhadap ketidakadilan yang mereka alami. Namun, dalam konteks sistem demokrasi, politik identitas juga dapat menjadi sebuah tantangan. Hal ini terkait dengan adanya perdebatan mengenai apakah politik identitas dapat menjadi penghalang dalam upaya untuk menciptakan masyarakat yang inklusif dan merata. Sebagai contoh, kelompok minoritas seringkali merasa bahwa kepentingan mereka tidak diwakili dalam sistem politik yang didominasi oleh mayoritas. Hal ini dapat memicu timbulnya gerakan-gerakan politik yang didasarkan pada identitas sosial tertentu. Namun, kritik terhadap sistem demokrasi ti
"Tidakkah yang paling berat itu adalah ini: merendahkan diri untuk membunuh keangkuhan? Mempertontonkan ketololan untuk mencemooh kebijaksanaan kita sendiri?" - Friedrich Nietzsche Filsafat adalah suatu dialektika pikiran yang pada titik tertentu tidak dapat dibendung atau di batasi, Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang bermula dari aktivitas berpikir. Francis Bacon sang cahaya Renaisans mengatakan bahwa, tiga macam akal manusia yakni ingatan, imajinasi, dan pikiran. Daya ingat menciptakan rancangan sejarah, daya imajinasi melahirkan puisi dan expektasi, dan daya berpikir menghasilkan filsafat. Artinya esensi filsafat adalah berpikir, meski tak semua aktivitas berpikir dapat disebut berfilsafat. Berpikir dalam filsafat mempunyai ciri-ciri khusus sistematis, universal, dan radikal. Berfilsafat adalah aktivitas berpikir yang bertahap, tidak secara menohok demi meraih suatu kesan narsistik intelektual karbitan atau kesimpulan yang mutlak, berfilsafat tentu tidak dalam rangka me