Dari sistem sampai batu di pojokan hati 17.000 rumput kering melambai sapa api Lalu sepasang mata mendelik jemput badai : Menumpahkan tangisnya Berbisik dengan amarahnya Sayang , suaranya raib diterkam birokrasi Masih duduk di antar jembatan emas Dan bendera tetap di bawah tumpukan debu Bahwa 73, baunya hujan mencumbu aspal Urai segala kenang Usai semua kursi usang Lerai sebulat permata kekang Perkenalan pada dirimu Pintu masuk peperanganmu Kepergok macan lapar Hidung risau menepuk nyamuk Dilahap ke perut paus Terkekeh oleh buku dan lilin Menyendiri mengukir family Kayu-kayu berkawan karib kebohongan Bermain bersama jelata Paria bermabuk ria mahkota tahta Berdialog di formal akademisi Ksatria berebut kalut kuasa dan ambisi Bermalam di punggung senyap Manusia bermesra kasyaf Menuju tiada alas Menemumu lepaslah batas 21-10-‘17 : Mangajo Mande Caffee Rohimin rohiminmta@gmail.com
bila politik hitam, bila pemerintah negara mulai berbelok dari jalan koridornya ,bila mahasiswa kehilangan idealisnya. maka puisi dan esai akan membenahi dan membersihkannya.